Hari-hari ini tentu masih segar dalam ingatan kita bahwasanya aktivitas karnaval pembangunan dan/atau budaya sedang 'trending topic', alias mengemuka dalam perbincangan keseharian sebagian warga masyarakat perdesaan kita. Berbagai adegan yang disutradari para kreatornya dalam perhelatan menyambut sekaligus memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-67 tahun ini, alangkah baiknya juga sekaligus mempertebal nilai-nilai kebangsaan, cinta tanah air, mengikis asumsi-asumsi yang beredar bahwa nasionalisme kita kian terdistorsi tanpa kepedulian menciptakan solusi.
Akan halnya agenda karnaval itu sendiri, tahun demi tahun memang hampir rutin terselenggara, khususnya di kota-kota yang 'mentradisikan'-nya, seperti Yogyakarta misalnya, atau Purworejo misalnya. Tata cara pelaksanaan dari waktu ke waktu senantiasa disesuaikan, agar bermanfaat optimal dan membekas di benak, turun ke hati dan berujung tindakan nyata. Apakah itu? Sebut saja salah satunya dengan pendekatan 'paribasan': ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Proses mengedukasi, kata orang butuh waktu. Sebuah proses, waktu jualah harga matinya, kata entrepreneurs. Kendati demikian, kiat-kiat penggunaan wahana yang tepat juga perlu direncanakan sebaik-baiknya. Yang dimaksud di sini adalah penggunaan kereta thomas sebagai salah satu jenis wahana kereta wisata atau kereta berukuran mini.
Imaji di atas adalah Kereta Thomas Kirana Jogja Asli.
[*|nn]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar